Sindroma Down atau Trisomi 21 adalah kelainan genetik yang disebabkan oleh adanya kelebihan pada semua atau sebagian kromosom no.21. Sindroma Down sering disertai dengan kelainan kognitif dan gangguan pada pertumbuhan fisik, biasanya ditemukan setelah lahir.
Anak dengan Sindroma Down akan mempunyai kemampuan kognitif yang lebih rendah dari rata-rata, kelainan retardasi mental ini biasanya dari ringan sampai sedang. Banyak gambaran fisik yang terdapat pada Sindroma Down juga tampak pada orang dengan kromosom yang normal. Gambaran fisik tersebut meliputi single palmar erase, epicantic fold, kelemahan tonus otot, dan lidah terjulur keluar. Anak dengan Sindroma Down juga mempunyai resiko yang tinggi mendapat penyakit jantung kongenital, penyakit reflux gastroesofageal, infeksi telinga yang berulang, dan disfungsi tiroid.
EPIDEMIOLOGI
Sindroma Down merupakan kelainan kromosomal autosomal yang banyak terjadi pada manusia. Diperkirakan angka kejadian yang terakhir adalah 1 - 1,2 per 1000 kelahiran hidup, dimana 20 tahun sebelumnya dilaporkan 1,6 per 1000. Penurunan ini diperkirakan berkaitan dengan menurunnya kelahiran dari wanita yang berumur. Diperkirakan 20% anak dengan Sindroma Down dilahirkan dari ibu dengan umur diatas 35 tahun.
Sindroma Down dapat terjadi pada semua ras. Dikatakan bahwa angka kejadiannya pada bangsa kulit putih lebih tinggi dari pada kulit hitam, tapi perbedaannya tidak bermakna.
Insiden Sindrom Down di negara kita tinggi, yaitu satu kasus hagi setiap 660 kelahiran. Risiko mendapat anak Sindrom Down dikaitkan dengan usia ibu ketika mengandung, terutama jika mengandung pada umur diatas 35.
Kemungkinan mendapat anak Sindrom Down ialah satu kasus bagi setiap 350 kelahiran (jika umur ibu berusia 35 - 45 tahun) dan satu kasus bagi 25 kelahiran jika usia ibu melebihi 45 tahun.
ETIOLOGI
Etiologi Sindroma Down sampai saat ini belum dapat dipastikan tapi diduga dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu :
1.Genetik
Diperkirakan terdapat predisposisi genetik terhadap non disjunctional, bukti yang mendukung teori ini adalah adanya peningkatan resiko berulang bila dalam keluarga terdapat anak-dengan Sindroma Down.
2.Radiasi
Ada data yang menyatakan bahwa sekitar 30% ibu yang melahirkan anak dengan Sindrorna Down pernah mengalami radiasi didaerah perut sebelum terjadinya konsepsi.
3.Infeksi
Sampai saat ini belum ada peneliti yang mampu memastikan bahwa. virus dapat mengakibatkan terjadinya non disjunction.
4.Autoimun
Terutama autoimun tiroid atau penyakit yang dikaitkan dengan tiroid.
5.Umur ibu
Apabila umur ibu diatas 35 tahun, diperkirakan terdapat perubahan hormonal yang dapat menyebabkan non disjunction pada kromosom. Perubahan endokrin, seperti meningkatnya sekresi androgen, menurunnya kadar hidroepiandrosteron, menurunnya konsentrasi estradiol sistemik, perubahan konsentrasi reseptor hormon, dan peningkatan secara tajam LH (Leutinizing Hormone) dan FSH (Folikular Stimulating Hormone) secara tiba-tiba sebelum dan selama menopouse, dapat meningkatkan terjadinya non disjunction.
6.Umur ayah
Pada penelitian sitogenetik pada orang tua dari anak dengan Sindroma Down didapatkan bahwa 20-30 % kasus extra kromosom 21 bersumber dari ayahnya. Tetapi korelasinya tidak setinggi dengan umur ibu.
GENETIK
Sindroma down terbagi dalam tiga tipe, yaitu :
Sindrom Down tipe Komplit (atau yang biasa disebut Trisomi 21)
•Prevalensinya diperkirakan sebesar 95% dari seluruh penderita Sindrom Down.
•Jumlah kromosomnya 47, terdiri dari 3 buah kromosom no.21
•Pada tipe ini sudah terdapat kelainan genetik sebelum terjadinya konsepsi. Salah satu gamet dari orang tuanya sudah mengandung extra kromosom no.21 (ovum atau spermanya). Sehingga ketika bergabung dengan gamet yang normal dari orang tua yang lainnya, makaembrio yang akan terbentuk mempunyai 47 kromosom.
Sindrom Down tipe Mosaik
•Prevalensinya sekitar 1-2% dari seluruh penderita sindrom down.
• Jumlah kromosomnya 46 atau 47, dengan sebagian jaringan 2 buah kromosom no.21, sebagian 3 buah kromosom no.2l .
•Pada tipe ini, sebagian sel dalam tubuh normal dan sebagian lagi terdapat icelebihan kromosom no.21. Non disjunctional yang terjadi pada tipe mosaik ini kemungkinan besar terjadi pada pembelahan sel waktu mitosis pertama kali. Maka Sindrom Down jenis mosaik ini, yang terjadi setelah pembuahan, tidak disebabkan oleh faktor herediter. Sehingga tidak semua gejala Sindroma Down akan tampak, tergantung dari banyak sel yang normal pada tubuh. Meskipun tampak normal, besar kemungkinan penderita jenis ini akan menurunkan anak-anak yang mutlak Trisomi 21. hal ini dapat terjadi apabila kontribusi sel Trisomi 21 di dalam sel gamet sangat besar.
Sindrom Down tipe Translokasi
•Prevalensinya sekitar 2-3% dari seluruh penderita sindrom down
•Jumlah kromosomnya 46, sebagian lengan kromosom no.2l pindah ke kromosom no. 13, 14, 15. Paling sering pada kromosom no.14 atau pada no.21 sendiri.
•Dapat herediter
Gejala Klinis
Anak dengan sindrom ini sangat mirip satu dengan yang lainnya, seakan-akan kakak-beradik. Retardasi mental sangat menonjol di samping juga terdapat retardasi jasmani. Kemampuan berfikir dapat digolongkan pada idiot. Mereka berbicara dengan kalimat-kalimat yang sederhana, biasanya sangat tertarik pada musik dan kelihatan sangat gembira. Wajah anak sangat khas. Kepala agak kecil dan brakisefalik dengan daerah oksipital yang mendatar. Mukanya lebar, tulang pipi tinggi, hidung pesek, mata letaknya berjauhan serta sipit miring ke atas dan samping (seperti mongol). Iris mata menunjukkan bercak-bercak (Bronsfield spots). Lipatan epikantus jelas sekali. Telinga agak aneh, bibir tebal dan lidah besar, kasar dan bereelah-celah (scrotal tongue). Pertumbuhan gigi-geligi sangat terganggu.
Kulit halus dan longgar, tetapi warnanya normal. Di leher terdapat lipatan-lipatan yang berlebihan.
Pada jari tangan tampak kelingking yang pendek dan membengkok ke dalam. Jarak antara jari I dan II, baik pada tangan maupun kaki agak besar. Gambaran telapak tangan tampak tidak normal, yaitu terdapat satu garis besar melintang (simian crease).
Alat kelamin biasanya kecil.Otot hipotonik dan pergerakan sendi-sendi berlebihan. Kelainan jantung bawaan seperti defek septum ventrikel sering ditemukan.
Penyakit infeksi terutama saluran pernafasan sering mengenai anak dengan kelainan ini. Angka kejadian leukemia tinggi. Pertumbuhan pada masa bayi kadang-kadang baik, tetapi kemudian menjadi lambat.
Prenatal screening untuk mendiagnosis Sindroma Down
l .Screening Test
·Untuk memperkirakan resiko fetus menderita Down Syndrome.
·Bersifat non-invasif.
·Contohnya USG.
2. Diagnostic Test
·Untuk mendiagnosis apakah fetus menderita Down Syndrome
·Bersifat invasif.
·Contohnya amniocentesis
Pemeriksaan yang diperlukan untuk menentukan kelainan pada bayi yang dikandung
1. Amniocentesis:
Teknik pengambilan cairan amnion pada wanita hamil dengan cara pungsi uterus
secara transabdominal perkutaneus untuk mendapatkan cairan amnion tersebut dan sel-sel yang terlepas dari embrio.
Indikasi :
- hamil pada usia >35 tahun
- ada anggota keluarga yang menderita Down Syndrome
- ada kelainan genetic saat dilakukan screening test (USG)
2. Analisa Kromosom
Pemeriksaan ini dilakukan dengan 2 cara :
a. Langsung :
Sel-sel yang diperiksa adalah sel-sel dengan mitosis aktif, yaitu sel-sel dari jaringan sumsum tulang yang diambil dengan cara BMP (Bone Marrow Puncture). Sumsum tulang berasal dari crista iliaca pada anak-anak, tuberositas tibiae dan sternum pada dewasa. Krolnosom terlihat jelas pada tingkat metafase sehingga digunakan colchicineyang dapat menghambat mitosis pada tingkat metafase dengan mencegah pembentukan benang spindel. Pada tingkat metafase masih terdapat dinding sel sehingga harus dipecah terlebih dahulu dengan larutan hipotonis yaitu aquabidest atau Na sitrat dan difiksasi dengan larutan Carnoy yang terdiri dari campuran metanol dan asam asetat glasial. Kemudian diwarnai denga Giemsa-Wright. Preparat dilihat dibawah mikroskop. Dipotret gambaran kromosom yaitu susunan kromosom. Kemudian disusun berdasarkan klasifikasi Denver.
b. Tidak langsung :
Sel-sel yang akan diperilaa harus dibiak terlebih dalrulu. Sel yang dipakai yaitu lekosit. Darah diambil dari vena mediana cubiti dengan semprit yang telah diberi heparin untuk mencegah pembekuan darah. Darah ditaruh dalam tabung, selanjutnya disentrifuge sehingga darah tersebut terbagi atas beberapa lapisan. Lapisan yang diambil adalah lapisan buffy coat. Dalam lapisan tersebut terdapat lekosit yang kemudian dibiak dalam medium Difco 199. Sel-sel dibiak selama 72 jam, selanjutnya ditambah colchicine, kemudian dipecah dengan larutan hipotonis yaitu aquabidest atau Na sitrat. Kemudian difiksasi dengan larutan Carnoy dan diwarnai dengan Giemsa-Wright. Kromosom yang sudah tersebar dipotret, selanjutnya dibuat kariotipe menurut klasifikasi Denver.
3. Banding Technique
Tekhik pembuatan pita (band) pada lengan kromosom dengan zat yang menimbulkan fluoresensi, antara lain quinacrine mustard. Tiap nomer kromosom mempunyai pita yang khas. Dengan tekhnik banding dapat melacak terjadinya aberasi struktur kromosom, seperti translokasi, inversi, delesi, dan lain-lain.
Penatalaksanaan
A.Penanganan secara medis
1. Pendengarannya.
70-80% anak dengan sindrom Down dilaporkan terdapat gangguan pendengaran. Oleh karenanya diperlukan pemeriksaan telinga sejak awal kehidupannya, serta dilakukan tes pendengarannya secara berkala oleh ahli THT.
2. Penyakit jantung bawaan.
30-40% anak dengan sindrom Down disertai dengan penyakit jantung bawaan. Mereka memerlukan penanganan jangka panjang oleh seorang ahli jantung anak.
3. Penglihatannya.
Anak dengan kelainan ini sering mengalami gangguan penglihatan atau katarak. Sehingga perlu evaluasi secara rutin oleh ahli mata.
4. Nutrisi.
Beberapa kasus, terutama yang disertai kelainan kongenital yang berat lainnya, akan terjadi gangguan pertumbuhan pada masa bayi/prasekolah. Sebaliknya ada juga kasus justru terjadi obesitas pada masa remaja atau setelah dewasa. Sehingga diperlukan kerja sama dengan ahli gizi.
5.Kelainan tulang.
Kelainan tulang juga dapat terjadi pada sindrom Down, yang mencakup dislokasi patela, subluksasio pangkal paha atau ketidakstabilan atlantoaksial. Bila keadaan yang terakhir ini sampai menimbulkan depresi medula spinalis, atau apabila anak memegang kepalanya dalam posisi seperti tortikolis, maka diperlukan pemeriksaan radiologis untuk memeriksa spina servikalis dan diperlukan konsultasi neurologis.
B.Pendidikan
1. Intervensi dini
2. Taman bermain/ taman kanak-kanak
3. Pendidikan khusus ( SLB-C )
C. Penyuluhan kepada orang tuanya
Pencegahan
Genetic counseling :
1.Jangan mengandung ≥ 35 tahun → untuk menghindari terjadinya trisomi 21 tipe komplit dan trisomi 21 tipe mosaik.
2.Jangan punya anak lagi → untuk menghindari terjadinya trisomi 21 tipe translokasi.
3.Abortus medicinalis → ditujukan untuk bayi dengan trisomi 21 dalam kandungan.
Amniocentesis:
à Teknik pengambilan cairan amnion pada wanita hamil dengan cara pungsi uterus
secara transabdominal perkutaneus untuk mendapatkan cairan amnion tersebut dan sel-sel yang terlepas dari embrio.
Indikasi :
- hamil pada usia >35 tahun
- ada anggota keluarga yang menderita Down Syndrome
- ada kelainan genetic saat dilakukan screening test (USG)
DAFTAR PUSTAKA
1.Nelson. Waldo E. Ilmu Kesehatan Anak.Jilid l ed.l5. Jakarta : EGC ; 1996.
2.Setiawan Herman. Diktat Modul Pengantar Biomedik. Jakarta : FakultasKedokteran Universitas Trisakti ; 2005.
3. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC ; 1995.
4. Markum, A.H.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid I. Jakarta : FKUI ; 1991.
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya. (10)
Sedangkan ASI Ekslusif adalah perilaku dimana hanya memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sampai umur 4 (empat) bulan tanpa makanan dan ataupun minuman lain kecuali sirup obat. (6)
ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 4 bulan pertama. ASI merupakan makanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal.
KEBAIKAN ASI DAN MENYUSUI.
ASI sebagai makanan bayi mempunyai kebaikan/sifat sebagai berikut:(9)
1. ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis, mudah dicerna untuk memiliki komposisi, zat gizi yang ideal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi.
2. ASI mengadung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu buatan. Didalam usus laktosa akan dipermentasi menjadi asam laktat yang bermanfaat untuk:
·Menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen.
·Merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menghasilkan asam organik dan mensintesa beberapa jenis vitamin.
·Memudahkan penyerapan berbagai jenis mineral, seperti calsium, magnesium.
3. ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi selama 5-6 bulan pertama, seperti: Immunoglobin, Lysozyme, Complemen C3 dan C4, Antistapiloccocus, lactobacillus, Bifidus, Lactoferrin.
4. ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi pada bayi.
5. Proses pemberian ASI dapat menjalin hubungan psikologis antara ibu dan bayi.
Selain memberikan kebaikan bagi bayi, menyusui dengan bayi juga dapat memberikankeuntungan bagi ibu, yaitu: (10)
-Suatu rasa kebanggaan dari ibu, bahwa ia dapat memberikan “kehidupan” kepada bayinya.
-Hubungan yang lebih erat karena secara alamiah terjadi kontak kulit yang erat, bagi perkembangan psikis dan emosional antara ibu dan anak.
-Dengan menyusui bagi rahim ibu akan berkontraksi yang dapat menyebabkan pengembalian keukuran sebelum hamil.
-Mempercepat berhentinya pendarahan post partum.
-Dengan menyusui maka kesuburan ibu menjadi berkurang untuk beberpa bulan (menjarangkan kehamilan).
-Mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan datang.
PRODUKSI ASI
Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh isapan mulut bayi pada putting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang kelenjar Pictuitary Anterior untuk memproduksi sejumlah prolaktin, hormon utama yang mengandalkan pengeluaran Air Susu. Proses pengeluaran air susu juga tergantung pada Let Down Replex, dimana hisapan putting dapat merangsang kelenjar Pictuitary Posterior untuk menghasilkan hormon oksitolesin, yang dapat merangsang serabu totot halus di dalam dinding saluran usus agar membiarkan susu dapat mengalir secara lancar.(12)
Kegagalan dalam perkembangan payudara secara fisiologis untuk menampung air susu sangat jarang terjadi. Payudara secara fisiologis merupakan tenunan aktif yang tersusun seperti pohon tumbuh di dalam putting dengan cabang yang menjadi ranting semakin mengecil.
Susu diproduksi pada akhir ranting dan mengalir kedalam cabang-cabang besar menuju saluran ke dalam putting. Secara visual payudara dapat di gambarkan sebagai setangkai buah anggur, mewakili tenunan kelenjar yang mengsekresi dimana setiap selnya mampu memproduksi susu, bila sel-sel Myoepithelial di dalam dinding alveoli berkontraksi, anggur tersebut terpencet dan mengeluarkan susu ke dalam ranting yang mengalir ke cabang-cabang lebih besar, yang secara perlahan-lahan bertemu di dalam aerola dan membentuk sinus lactiterous. Pusat dari areola (bagan yang berpigmen) adalah putingnya, yang tidak kaku letaknya dan dengan mudah dihisap (masuk kedalam) mulut bayi.
Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
A. Colostrum
Merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mamae yang mengandung tissue debris dan redual material yang terdapat dalam alveoli dan ductus dari kelenjar mamae sebelum dan segera sesudah melahirkan anak.
-Disekresi oleh kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat, dari masa laktasi.
-Komposisi colostrum dari hari ke hari berubah.
-Merupakan cairan kental yang ideal yang berwarna kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan ASI Mature.
-Merupakan suatu laxanif yang ideal untuk membersihkan meconeum usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk menerima makanan selanjutnya.
-Lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI Mature, tetapi berlainan dengan ASI Mature dimana protein yang utama adalah casein pada colostrum protein yang utama adalah globulin, sehingga dapat memberikan daya perlindungan tubuh terhadap infeksi.
-Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan ASI Mature yang dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan pertama.
-Lebih rendah kadar karbohidrat dan lemaknya dibandingkan dengan ASI Mature.
-Total energi lebih rendah dibandingkan ASI Mature yaitu 58 kalori/100 ml colostrum.
-Vitamin larut lemak lebih tinggi. Sedangkan vitamin larut dalam air dapat lebih tinggi atau lebih rendah.
-Bila dipanaskan menggumpal, ASI Mature tidak.
-PH lebih alkalis dibandingkan ASI Mature.
-Lemaknya lebih banyak mengandung Cholestrol dan lecitin di bandingkan ASI Mature.
-Terdapat trypsin inhibitor, sehingga hidrolisa protein di dalam usus bayi menjadi kurang sempurna, yang akan menambah kadar antobodi pada bayi.
-Volumenya berkisar 150-300 ml/24 jam.
B. Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi)
·Merupakan ASI peralihan dari colostrum menjadi ASI Mature.
·Disekresi dari hari ke 4 – hari ke 10 dari masa laktasi, tetapi ada pula yang berpendapat bahwa ASI Mature baru akan terjadi pada minggu ke 3 – ke 5.
·Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat semakin tinggi.
·Volume semakin meningkat.
C. Air Susu Mature
·ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya, yang dikatakan komposisinya relatif konstan, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa minggu ke 3 sampai ke 5 ASI komposisinya baru konstan.
·Merupakan makanan yang dianggap aman bagi bayi, bahkan ada yang mengatakan pada ibu yang sehat ASI merupakan makanan satu-satunya yang diberikan selama 6 bulan pertama bagi bayi.
·ASI merupakan makanan yang mudah di dapat, selalu tersedia, siap diberikan pada bayi tanpa persiapan yang khusus dengan temperatur yang sesuai untu bayi.
·Merupakan cairan putih kekuning-kuningan, karena mengandung casienat, riboflaum dan karotin.
·Tidak menggumpal bila dipanaskan.
·Volume: 300 – 850 ml/24 jam
·Terdapat anti microbaterial factor, yaitu:
üAntibodi terhadap bakteri dan virus.
üCell (phagocyle, granulocyle, macrophag, lymhocycle type T)
üEnzim (lysozime, lactoperoxidese)
üProtein (lactoferrin, B12 Ginding Protein)
üFaktor resisten terhadap staphylococcus.
üComplecement ( C3 dan C4)
VOLUME PRODUKSI ASI
Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai menghasilkan ASI. Apabila tidak ada kelainan, pada hari pertama sejak bayi lahir akan dapat menghasilkan 50-100 ml sehari dari jumlah ini akan terus bertambah sehingga mencapai sekitar 400-450 ml pada waktu bayi mencapai usia minggu kedua.(9) Jumlah tersebut dapat dicapai dengan menysusui bayinya selama 4 – 6 bulan pertama. Karena itu selama kurun waktu tersebut ASI mampu memenuhi kebutuhan gizinya. Setelah 6 bulan volume pengeluaran air susu menjadi menurun dan sejak saat itu kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI saja dan harus mendapat makanan tambahan.(12)
Dalam keadaan produksi ASI telah normal, volume susu terbanyak yang dapat diperoleh adalah 5 menit pertama. Penyedotan/penghisapan oleh bayi biasanya berlangsung selama 15-25 menit(12)
Selama beberapa bulan berikutnya bayi yang sehat akan mengkonsumsi sekitar 700-800 ml ASI setiap hari. (8) Akan tetapi penelitian yang dilakukan pada beberpa kelompok ibu dan bayi menunjukkan terdapatnya variasi dimana seseorang bayi dapat mengkonsumsi sampai 1 liter selama 24 jam, meskipun kedua anak tersebut tumbuh dengan kecepatan yang sama.
Konsumsi ASI selama satu kali menysui atau jumlahnya selama sehari penuh sangat bervariasi. Ukuran payudara tidak ada hubungannya dengan volume air susu yang diproduksi, meskipun umumnya payudara yang berukuran sangat kecil, terutama yang ukurannya tidak berubah selama masa kehamilan hanya memproduksi sejumlah kecil ASI (8)
Pada ibu-ibu yang mengalami kekurangan gizi, jumlah air susunya dalam sehari sekitar 500-700 ml selama 6 bulan pertama, 400-600 ml dalam 6 bulan kedua, dan 300-500 ml dalamtahun kedua kehidupan bayi. Penyebabnya mungkin dapat ditelusuri pada masa kehamilan dimana jumlah pangan yang dikonsumsi ibu tidak memungkinkan untuk menyimpan cadangan lemak dalam tubuhnya, yang kelak akan digunakan sebagai salah satu komponen ASI dan sebagai sumber energi selama menyusui. Akan tetapi kadang-kadang terjadi bahwa peningkatan jumlah produksi konsumsi pangan ibu tidak selalu dapat meningkatkan produksi air susunya. Produksi ASI dari ibu yang kekurangan gizi seringkali menurun jumlahnya dan akhirnya berhenti, dengan akibat yang fatal bagi bayi yang masih sangat muda. Di daerah-daerah dimana ibu-ibu sangat kekurangan gizi seringkali ditemukan “merasmus” pada bayi-bayi berumur sampai enam bulan yang hanya diberi ASI.(8)
KOMPOSISI ASI
Berdasrkan sumber dari food and Nutrition Boart, National research Council Washington tahun 1980 diperoleh perkiraan komposisi Kolostrum ASI dan susu sapi untuk setiap 100 ml seperti tertera pada tabel berikut: (4)
Tabel 1
Komposisi Kolostrum, ASI dan susu sapi untuk setiap 100 ml
Zat-zat Gizi
Kolostrum
ASI
Susu Sapi
Energi (K Cal)
Protein (g)
- Kasein/whey
- Kasein (mg)
- Laktamil bumil (mg)
- Laktoferin (mg)
- Ig A (mg)
Laktosa (g)
Lemak (g)
Vitamin
- Vit A (mg)
- Vit B1 (mg)
- Vit B2 (mg)
- Asam Nikotinmik (mg)
- Vit B6 (mg)
- Asam pantotenik
- Biotin
- Asam folat
- Vit B12
- Vit C
- Vit D (mg)
- Vit Z
- Vit K (mg)
Mineral
- Kalsium (mg)
- Klorin (mg)
- Tembaga (mg)
- Zat besi (ferrum) (mg)
- Magnesium (mg)
- Fosfor (mg)
- Potassium (mg)
- Sodium (mg)
- Sulfur (mg)
58
2,3
140
218
330
364
5,3
2,9
151
1,9
30
75
-
183
0,06
0,05
0,05
5,9
-
1,5
-
39
85
40
70
4
14
74
48
22
70
0,9
1 : 1,5
187
161
167
142
7,3
4,2
75
14
40
160
12-15
246
0,6
0,1
0,1
5
0,04
0,25
1,5
35
40
40
100
4
15
57
15
14
65
3,4
1 : 1,2
-
-
-
-
4,8
3,9
41
43
145
82
64
340
2,8
,13
0,6
1,1
0,02
0,07
6
130
108
14
70
12
120
145
58
30
Kandungan colostrum berbeda dengan air susu yang mature, karena kandungan colostrum berbeda dengan air susu yang mature, karena colostrum dan hanya sekitar 1% dalam air susu mature, lebih banyak mengandung imunoglobin A (Iga), laktoterin dan sel-sel darah putih, terhadap, yang kesemuanya sangat penting untuk pertahanan tubuh bayi, terhadap serangan penyakit (Infeksi) lebih sedikit mengandung lemak dan laktosa, lebih banyak, mengandung vitamin dan lebih banyak mengandung mineral-mineral natrium (Na) dan seng (Zn).
Perbandingan komposisi kolostrum, ASI dan susu sapi dapat dilihat pada tabel 1. Dimana susu sapi mengandung sekitar tiga kali lebih banyak protein daripada ASI. Sebagian besar dari protein tersebut adalah kasein, dan sisanya berupa protein whey yang larut. Kandungan kasein yang tinggi akan membentuk gumpalan yang relatif keras dalam lambung bayi. Bila bayi diberi susu sapi, sedangkan ASI walaupun mengandung lebih sedikit total protein, namun bagian protein “whey”nya lebih banyak, sehingga akan membetuk gumpalan yang lunak dan lebih mudah dicerna serta diserapoleh usus bayi.
Sekitar setengah dari energi yang terkandung dalam ASI berasal dari lemak, yang lebih mudah dicerna dan diserap oleh bayi dibandingkan dengan lemak susu sapi, sebab ASI mengandung lebih banyak enzim pemecah lemak (lipase). Kandungan total lemak sangat bervariasi dari satu ibu ke ibu lainnya, dari satu fase lakatasi air susu yang pertama kali keluar hanya mengandung sekitar 1 – 2% lemak dan terlihat encer. Air susu yang encer ini akan membantu memuaskan rasa haus bayi waktu mulai menyusui. Air susu berikutnya disebut “Hand milk”, mengandung sedikitnya tiga sampai empat kali lebih banyak lemak. Ini akan memberikan sebagian besar energi yang dibutuhkan oleh bayi, sehingga penting diperhatikan agar bayi, banyak memperoleh air susu ini (8)
Laktosa (gula susu) merupakan satu-satunya karbohidrat yang terdapat dalam air susu murni. Jumlahnya dalam ASI tak terlalu bervariasi dan erdapat lebih banyak dibandingkan dengan susu sapi.
Disamping fungsinya sebagai sumber energi, juga didalam usus sebagian laktosa akan diubah menjadi asam laktat. Didalam usus asam laktat tersebut membantu mencegah pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan dan juga membantu penyerapan kalsium serta mineral-mineral lain.
ASI mengandung lebih sedikit kalsium daripada susu sapi tetapi lebih mudah diserap, jumlah ini akan mencukupi kebutuhan untuk bahan-bahan pertama kehidupannya ASI juga mengandung lebih sedikit natrium, kalium, fosfor dan chlor dibandingkan dengan susu sapi, tetapi dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan bayi.
Apabila makanan yang dikonsumsi ibu memadai, semua vitamin yang diperlukan bayi selama empat sampai enam bulan pertama kehidupannya dapat diperoleh dari ASI. Hanya sedikit terdapat vitamin D dalam lemak susu, tetapi penyakit polio jarang terjadi pada aanak yang diberi ASI, bila kulitnya sering terkena sinar matahari. Vitamin D yang terlarut dalam air telah ditemukan terdapat dalam susu, meskipun fungsi vitamin ini merupakan tambahan terhadap vitamin D yang terlarut lemak. (8)
Komposisi Taurin, DHA dan AA pada ASI
·Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang berfungsi sebagai neuro-transmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak. Percobaan pada binatang menunjukkan bahwa defisiensi taurin akan berakibat terjadinya gangguan pada retina mata.
·Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal. Jumlah DHA dan AAdalam ASI sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak. Disamping itu DHA dan AA dalam tubuh dapat dibentuk/disintesa dari substansi pembentuknya (precursor) yaitu masing-masing dari Omega 3 (asam linolenat) dan Omega 6 (asam linoleat).
FAKTOR-FAKTOR KEKEBALAN DALAM ASI
Didalam ASI secara garis besar didapatkan 2 macam kekebalan, yaitu :
I.Faktor kekebalan non spesifik
1.Factor pertumbuahan laktobasilus bifidus
Di dalam ASI kadar bifidus factor 40 kali lebih banyak daripada daiadalm susu sapi dan akan susak apabila ASI dipanaskan. Bifidus factor dalam suasana asam dalam usus bayi akan menstimulasi pertumbuhan lactobasilus bifidus . lactobasilus bifidus ini didalam usus bayi akan mengubah lactosa yang banyak terdapat dalam ASI menjadi asam lactat dan asam asetat sehingga suasana akan lebih asam. Suasana asam ini akan menghambat pertumbuhan Escherichia coli pathogen dan enterobacteriaceae. Maka bayi-bayi yang mendapat ASI sejak lahir, kuman komersial terbanyak dalam usus adalah lactobasilus bifidus, sebaliknya flora usus dari bayi-bayi yang mendapat susu sapi ialah kuman-kuman gram negative terutama bakeroides dan koliform dan bayi-bayi yang mendpat susu botol ini lebih peka terkena infeksi kuman pathogen karena tiada adanya perlindungan seperti halnya bayi-bayi yang mendapat ASI.
2.Lactoferin
Laktoferin banyak persamaan denagn kerja tranferin, suaru protein yangmengikata besi didalam darah. Kadarlactoferin bervariasi diantara 6 mg/ml kolostrumdan tidak lebih daripada1 mg/ml di dalam ASI matur.didalam ASI yang matur fungsi lactoferin menghambat pertumbuahn Candida albicans, jga bersama-sama dengan SIgA menghambat pertumbuhan E. coli seperti halnya tranferin dalam darah , lactoferin suatu protein yang mengikat zat besi, vitamin B12 dan asam folat.
3.Lisozim
Lisozim adalah suatu substrat anti-infeksi yang sangat berguna didalam air mata. Akhir-akhir ini terbukti dfalam ASI juga terdapat enzim lisozim dalam kadar yang cukup tinggi (samapi 2 mg/100 ml), suatu kadar 5000 kali lebih bnaykl daripada di dalam susu sapi. Tidak dihancurkan didalam usus dan didalam tinja masih ditemukan dalam konsentrasi yang cukup tinggi. Khasiat lisozim bersama-sama denagnsystem complement dan SIgA ialah memecahkan dinding sel bakteri dari kuman-kuman enterobacteriaceae dan kuman-kuman gram positif. Diduga lisozim juga melindungi tubuh bayi terhadap berbagai infeksi virus antara lain herpes hominis. (13)
II.Faktor kekebalan spesifik
1.Sistem komplemen
Sistem komplemen adalah suatu system yang terdiri dari 11 komponen. Pada prinsipnya aktifitas sistem komplemen itu berlangsung menurut fenomena air terjun yaitu mulai dari C1 hingga C9. telah dibuktikan bahwa dalam ASI terdapat ke 1 komponen dari sistem komplemen meskipun beberapa diantaranya sangat rendah.
2.Khasiat seluler
Limfosit didalam ASI seperti halnya didalam darah terdiri dari sel T (50%) an sel B (34%). Tetapi berbeda dengan sel T didalam peredaran darah, peranan sel T di dalam ASI terdapat antigen didalam usus seperti E. coli, tuberculosis sangat besar, sebaliknya terhadap tetanus toksoid rendah. Selain dari pada itu sel T juga menghasilkan interferon. Populasi sel B didalam ASI primer berasal dari sel-sel pada dinding usus dan mukosa lain dari si ibu. Terbukti bahwa prekusor dari sel B ini ditemukan didalam kelenjar mesentrium, antibody yang terbentuk terutama adalah SIgA.
3.Imunoglobulin
Semua macam immunoglobulin dapat ditemukan dalam ASI, dapat diidentifikasikan lebih dari 30 macam immunoglobulin. Delapan belas diantaranya berasal dari seum si ibu dan sisanya hanya ditemukan didalam ASI / kolostrum. Selain dari pada itu immunoglobulin G dapat menembus plasenta dan berada dalam konsentrasi yang cukup tinggi didalam darah janin/bayi sejak lahir sampai umur beberapa bulan. Sehingga dapatmemberikan perlindungan terhadap berbagai macam penyakit.(13)
PERAN ASI DALAM BERBAGAI ASPEK
Aspek Imunologik
·ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi.
·Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup tinggi. Sekretori Ig.A tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E. coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan.
·Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang mengikatzat besi di saluran pencernaan.
·Lysosim, enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan salmonella) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada susu sapi.
·Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per mil. Terdiri dari 3 macam yaitu: Brochus-Asociated Lympocyte Tissue (BALT) antibodi pernafasan, Gut Asociated Lympocyte Tissue (GALT) antibodisaluran pernafasan, dan Mammary Asociated Lympocyte Tissue (MALT) antibodi jaringan payudara ibu.
·Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan.
Aspek Psikologik
·Rasa percaya diri ibu untuk menyusui : bahwa ibu mampu menyusui dengan produksi ASI yang mencukupi untuk bayi. Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih saying terhadap bayi akan meningkatkan produksi hormon terutama oksitosin yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi ASI.
·Interaksi Ibu dan Bayi: Pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi tergantung pada kesatuan ibu-bayi tersebut.
·Pengaruh kontak langsung ibu-bayi : ikatan kasih sayang ibu-bayi terjadi karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi akan merasa aman dan puas karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim.
Aspek Kecerdasan
·Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk perkembangan system syaraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi.
·Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ point 4.3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8.3 point lebih tinggi pada usia 8.5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI.
Aspek Neurologis
·Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf menelan, menghisap dan bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.
Aspek Ekonomis
·Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan bayi sampai bayi berumur 4 bulan. Dengan demikian akan menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula dan peralatannya.
Aspek Penundaan Kehamilan
·Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal sebagai Metode Amenorea Laktasi (MAL).(11)
MANAJEMEN LAKTASI
manajemen laktasi adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk menunjang keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya.(4)
Adapun upaya-upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut(4)
a. Pada masa Kehamilan (antenatal)
Memberikan penernagan dan penyuluhan tentang manfaat dan keunggulan ASI, manfaat menyusui baik bagi ibu maupun bayinya, disamping bahaya pemberian susu botol.
Pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara/keadaan putting susu, apakah ada kelainan atau tidak. Disamping itu perlu dipantau kenaikan berat badan ibu hamil.
Perawatan payudara mulai kehamilan umur enam bulan agar ibu mampu memproduksi dan memberikan ASI yang cukup.
Memperhatikan gizi/makanan ditambah mulai dari kehamilan trisemester kedua sebanyak 1 1/3 kali dari makanan pada saat belum hamil.
Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Dalam hal ini perlu diperhatikan keluarga terutama suami kepada istri yang sedang hamil untuk memberikan dukungan dan membesarkan hatinya.
b. Pada masa segera setelah persalinan (prenatal)
Ibu dibantu menyusui 30 menit setelah kelahiran dan ditunjukkan cara menysui yang baik dan benar, yakni: tentang posisi dan cara melakatkan bayi pada payudara ibu.
Membantu terjadinya kontak langsung antara bayi-ibu selama 24 jam sehari agar menyusui dapat dilakukan tanpa jadwal.
Ibu nifas diberikan kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000S1) dalam waktu dua minggu setelah melahirkan.
c. Pada masa menyusui selanjutnya (post-natal)
Menyusui dilanjutkan secara ekslusif selama 4 bulan pertama usia bayi, yaitu hanya memberikan ASI saja tanpa makanan/minuman lainnya.
Perhatikan gizi/makanan ibu menyusui, perlu makanan 1 ½ kali lebih banyak dari biasa dan minum minimal 8 gelas sehari.
Ibu menyusui harus cukup istirahat dan menjaga ketenangan pikiran dan menghindarkan kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat.
Pengertian dan dukungan keluarga terutama suami penting untuk menunjang keberhasilan menyusui.
Rujuk ke Posyandu atau Puskesmas atau petugas kesehatan apabila ada permasalahan menysusui seperti payudara banyak disertai demam.
Menghubungi kelompk pendukung ASI terdekat untuk meminta pengalaman dari ibu-ibu lain yang sukses menyusui bagi mereka.
Memperhatikan gizi/makanan anak, terutama mulai bayi 4 bulan, berikan MP ASDI yang cukup baik kuantitas maupun kualitas
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI ASI
Adapun hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI antara lain adalah:
a. Makanan Ibu
Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui tidak secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan. Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi jika makanan ibu terus menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam buah dada ibu tidak akan dapat bekerja dengan sempurna, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI.
Unsur gizi dalam 1 liter ASI setara dengan unsur gizi yang terdapat dalam 2 piring nasi ditambah 1 butir telur. Jadi diperlukan kalori yang setara dengan jumlah kalori yang diberikan 1 piring nasi untuk membuat 1 liter ASI. Agar Ibu menghasilkan 1 liter ASI diperlukan makanan tamabahan disamping untuk keperluan dirinya sendiri, yaitu setara dengan 3 piring nasi dan 1 butir telur.
Apabila ibu yang sedang menyusui bayinya tidak mendapat tamabahan makanan, maka akan terjadi kemunduran dalam pembuatan ASI. Terlebih jika pada masa kehamilan ibu juga mengalami kekurangan gizi. Karena itu tambahan makanan bagi seorang ibu yang sedang menyusui anaknya mutlak diperlukan. Dan walaupun tidak jelas pengaruh jumlah air minum dalam jumlah yang cukup. Dianjurkan disamping bahan makanan sumber protein seperti ikan, telur dan kacang-kacangan, bahan makanan sumber vitamin juga diperlukan untuk menjamin kadar berbagai vitamin dalam ASI.
b. Ketentraman Jiwa dan Pikiran
Pembuahan air susu ibu sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk ketegangan emosional, mungkin akan gagal dalam menyusui bayinya.
Pada ibu ada 2 macam, reflek yang menentukan keberhasilan dalam menyusui bayinya, reflek tersebut adalah:
Reflek Prolaktin
Reflek ini secara hormonal untuk memproduksi ASI. Waktu bayi menghisap payudara ibu, terjadi rangsangan neorohormonal pada putting susu dan aerola ibu. Rangsangan ini diteruskan ke hypophyse melalui nervus vagus, terus kelobus anterior. Dari lobus ini akan mengeluarkan hormon prolaktin, masuk ke peredaran darah dan sampai pada kelenjar –kelenjar pembuat ASI. Kelenjar ini akan terangsang untuk menghasilkan ASI.
Let-down Refleks (Refleks Milk Ejection)
Refleks ini membuat memancarkan ASI keluar. Bila bayi didekatkan pada payudara ibu, maka bayi akan memutar kepalanya kearah payudara ibu. Refleks memutarnya kepala bayi ke payudara ibu disebut :”rooting reflex (reflex menoleh). Bayi secara otomatis menghisap putting susu ibu dengan bantuan lidahnya. Let-down reflex mudah sekali terganggu, misalnya pada ibu yang mengalami goncangan emosi, tekanan jiwa dan gangguan pikiran. Gangguan terhadap let down reflex mengakibatkan ASI tidak keluar. Bayi tidak cukup mendapat ASI dan akan menangis. Tangisan bayi ini justru membuat ibu lebih gelisah dan semakin mengganggu let down reflex.
c. Pengaruh persalinan dan klinik bersalin
Banyak ahli mengemukakan adanya pengaruh yang kurang baik terhadap kebiasaan memberikan ASI pada ibu-ibu yang melahirkan di rumah sakit atau klinik bersalin lebih menitik beratkan upaya agar persalinan dapat berlangsung dengan baik, ibu dan anak berada dalam keadaan selamat dan sehat. Masalah pemebrian ASI kurang mendapat perhatian. Sering makanan pertama yang diberikan justru susu buatan atau susu sapi. Hal ini memberikan kesan yang tidak mendidik pada ibu, dan ibu selalu beranggapan bahwa susu sapi lebih dari ASI. Pengaruh itu akan semakin buruk apabila disekeliling kamar bersalin dipasang gambar-gambar atau poster yang memuji penggunaan susu buatan.
d. Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung estrogen dan progesteron.
Bagi ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen, karena hal ini dapat mengurangi jumlah produksi ASI bahkan dapat menghentikan produksi ASI secara keseluruhan oleh karena itu alat kontrasepsi yang paling tepat digunakan adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yaitu IUD atau spiral. Karena AKDR dapat merangsang uterus ibu sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan kadar hormon oxitoksin, yaitu hormon yang dapat merangsang produksi ASI.
e. Perawatan Payudara
Perawatan fisik payudara menjelang masa laktasi perlu dilakukan, yaitu dengan mengurut payudara selama 6 minggu terakhir masa kehamilan. Pengurutan tersebut diharapkan apablia terdapat penyumbatan pada duktus laktiferus dapat dihindarkan sehingga pada waktunya ASI akan keluar dengan lancar.
f. Peran Ayah
Peran ayah atau suami dalam proses menyusui bayi tentu saja sangat besar. Hal ini berkaitan dengan reflek yang dinamakan refleks oksitosin dalam diri ibu, berupa pikiran, perasaan dan sensasi. Perasaan ibu akan sangat meningkatkan, namun juga seringkali dapat menghambat proses pelepasan ASI.
Seorang ibu yang punya pikiran positif tentu saja akan senang melihat bayinya, kemudian memikirkannya dengan penuh kasih sayang. Terlebih bila sudah mencium dan menimang si buah hati, tentu saja akan menimbulkan perasaan tak terkira. Semua itu terjadi bila ibu dalam keadaan tenang.
Sebaliknya, bila seorang ibu dalam perasaan khawatir, seperti khawatir ASI nya tidak keluar, atau pikirannya kacau, sedih, cemas dan bingung, tentu saja akan sangat mengganggu proses menyusui. Apalagi bila si ibu merasa kesakitan saat menyusui, terlebih lagi bila ada perasaan malu kalau menyusui, tentu saja si bayi yang akan jadi korbannya.
Itulah sebabnya, seorang ayah punya peran penting dalam keberhasilan ibu menyusui, terutama kaitannya dengan berbagai hal yang berkaitan dengan refleks oksitosin ini. “Perasaan dan semangat ibu untuk terus memberikan yang terbaik pada anak-anaknya, sangat tergantung pada peran suami atau ayah untuk terus menjaga suasana kondusif.
PENGGANTI AIR SUSU IBU (PASI)
Dalam kepustakaan terdapat bermacam-macam istilah untuk makan-makanan pengganti ASI, misalnya susu formula, formula susu, susu buatan, makanan bayi, atau makan buatan untuk bayi. Demikian pula untuk istilah bahasa inggris telah dikenaln human milk subtitute, infant formula, baby food, dan sebagainya. Dalam bahasan selanjudnya akan dipakai istilah umum, yaitu pengganti air susu ibu (PASI)sesuai fungsinya hanya untuk pengganti ASI.
Dalam tahun 1977 European Society for Paediatric Gastroenterology and Nurtrition membagi PASI menjadi formula pemula dan formula lanjut. Formula pemula adalah susu formula yang setelah dicairkan sesuai petunjuk, dapat memenuhi semua kebutuhan nutrien bayi selama 4-6 bulan pertama kehidupannya, selanjudnya sampai umur 1 tahun dengan penambahan makanan pelengkap. Kemudian formula pemula tersebut dibagi lagi menjadi formula pemula penuh dan formula pemula disesuaikan. Formula pemula penuh direncanakan diberikan pada bayicukup bulan selama 1 tahun., sedangkan formula yang disesuaikan disususn agar komposisi dan kadar nutriennya dapat dapat memenuhi kebutuhannya secara fisiologi, serupa denagn komposisi ASI. Denagan formula lanjud diartikanformula yang dapat diberikan setelah bayi mendapatkanmakanan pelengkap.
Bahan pokok PASI lazimnya susu sapi, tetapi untuk keperluan tertentu dipakai kacang kedele. Alasan pemakaian susu sapi sebagai bahan bakukarena susunan nutriennya memadai. Setelah pengolahan dalam pabrik biasanya terdapat produk berupa susu bubuk steril yang dikemas dalam kaleng untuk kemudian dijual di pasaran. (12)
JENIS PASI
Bergantung pada sifat, komposisi nutrienn, dan manfaatnya, beraneka jenis PASI yang terdapat di pasaran sedapat dikelompokan kedalam kategori sebagi berikut.
Menurut bentuknya
Padat (bubuk) atau cair. Umumnya PASI dipasaran terdapat dalam bentuk bubuk,jarang dalam bentuk cair. PASI bentuk cair biasanya digunakan untuk usia balita, seperti susu sapi penuh denagn pasteurisasi,susu kental manis.
Menurut rasanya
Asam dan tidak asam(manis) yang secara kimiawi akan berperngaruh pada pH. Susu asam dibuat dengan membahkan kuman asam laktat sehinggan akan dari laktosa akan terbentuk asam laktat. Keuntungan susu asam diantaranya adalah merangsang dan mempermudah proses pencernaan protein(flukolasi protein)serta menghambat kontaminasi bacteri. Semula diperkirakan sifat anti bacteri susu asam sanagt bermanfaat terutaman bagi daerahtropis. Namun pada pemakaian sehari-hari dalam masyarakat tidak perdapat perbedaan yang nyata dalam sifat ketahanan kontaminasi bacteri antara susu asam dan tidak asam.
Menurut kadar nutriennya
Misalnya rendah laktosa (LLM, Almiron, Nutramigen), rendah lemak (Eledon), tinggi trigliseridarantai sedangC8- C10 (portagen), tinggi protein (nutramigen)
Menurut bahan utama sumber proterin
Misalnya susu kedele ; jenis PASI lainbiasanya terbuat dari susu sapi. Pemakaian PASI dengan sumber protein non- susu sapi dalah pada bayi yang alergi terhadap ASI atau susu sapi.
Menurut tujuan penggunaan
Yaitu sebagai PASI yang diberikan pada keadaan patologi tertentu, seperti premaruriata, penyakit metabolik bawaan seperti : Leforanac dengan kandungan tritofan rendah untuk penderita fenilketonuri, Protagen untuk bayi denagn gangguan pencernaan lemak, (kistik fibrosis). Nenatal untuk bayi prematur.
Berdasarkan komposis nutrien secar umum
Yaitu formula disesuaikan yang mempunyai komposisi yang serupa dengan ASI dan formula penuh yang mengandung nutrien secara lengkap.
Pengelompokan tersebut dapat berubah pada masa mendatang tergantung dari pengmbangan ilmu dan teknologi, konsumsi pasaran, serta manfaatnya dalam pemakaian sehari-hari. (12)
KOMPOSISI PASI
Seperti yang telah diuraikan sebelumnnya susu sapi merupakan bahan baku untuk pembuatan PASI. Namun untuk aplikasinya pada bayi komposisi nutrient harus dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan bayi. Karena ASI merupakan makanan yang paling ideal untuk bayi, maka susunan dan kandungan nutrien pada PASI biasanya mengacu kepada komposisi ASI. Sebagai perbandingan akakn dibahas akan dibahsa persamaan dan perbedaan antara komposisi nutrian ASI dan susu sapi kemudian antara ASI dan PASI.
Perbandingan komposisi nutrient ASI dan susu sapi
Umum
Secara umum komposisi nutrien ASI dan susu sapi sangat berbeda, khususnya kandungan protein dan mineral yang tinggi pada susu sapi. Hal ini berkaitan dengan kemampuan pertumbuhan anak sapi yang sangat cepat dibandingkan dengan bayi.
Protein
Meskipun kandungan protein pada ASI (1,1 – 1,4 g/ 100l) kurang dari susu sapi (3,1 – 3,5 g/100ml), namun protein sapi banyak mengandung whey (laktalbumin dan laktoglobulin) dan sedikit kasein sehingga lebih mudah dicerna oleh enzim gastrointestinal bayi. Kasein merupakan protein yang lebih mudah menggumpal dalam lambung, sehingga lebih sukar dicerna oleh enzim protease; 80% protein susu sapi terdiri dari kasein. Selain itu kadar protein yang tinggi pada susu sapi ,e,beri akibat kurang baik pada bayi, karena akan menambah beban ginjal untuk mengeluarkan sisa metabolisme yang berlebihan.
Karbohidrat
Bahain ini merupakan sumber energi baik pada ASI maupun pada susu sapi. ASI mengandung karbohidrat sangat tinggi (7,0g/ 100ml) dibandingkan dengan susu sapi (4,3g/100ml). Karbohidrat pada ASI terutama terdiri atas laktosa, yang akan mempermudah pertumbuhan Lactobacillus bifidus di dalam usus. Dilaporkan bahwa L. bifidus ini dapat menghambat pertumbuhan sel otak dan bagi retensi kalium, fosfor, dan magnesium yang merupakan mineral utama dalam pertumbuhan bayi.
Lemak
ASI maupun susu sapi mempunyai kandungan lemak yang cukup tinggi, yaitu lebih kurang 3,5 gr / 100 ml. Perbedaannya adalah jenis lemak pada ASI mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh, seperti halnya lemak nabati, sehingga lebih mudah diserap usus. Sebaliknya lemak susu sapi terutama terdiri dari asam lemak jenuh berantai panjang, serta sedikit mengandung asam lemak tak jenuh.
Mineral
Kadar mineral susu sapi 4 kali lebih tinggi daripada ASI. Dengan kadar mineral yang tinggi, bayi dengan susu sapi akan mendapat beban osmolar berlebihan. Keadaan ini akan menambah pula beban ginjal bayi yang belum berfungsi sempurna dalam mempertahankan keseimbangan air dan elektrolit. Kadar mineral yang tinggi pada susu sapi akan mengurangi pula derajat keasamaan lambung, sehingga akan menghambat proses pencernaan protein.
Vitamin
Perbedaan yang penting adalah dalam kandungan vitamin K. Dilaporkan di Thailand bahwa kejadian APCD (Acquired Prothrombin Complex Deficiency) yang disebabkan defisiensi vitamin K, lebih sering terjadi pada bayi yang diberi ASI, karena kadarnya dalam ASI sangat kurang. Karena itu dianjurkan agar vitamin K diberikan secara rutin kepada semua neonatus dengan dosis 1 mg IM atau 2 mg oral. Dosis serupa sebaiknya diulang satu bulan kemudian.
Air
Makanan yang mengandung lebih banyak protein dan mineral memerlukan jumlah air yang lebih banyak untuk dapat dicerna lebih baik oleh bayi. Karena itu, susu sapi yang akan diberikan pada bayi harus diencerkan terlebih dulu, biasanya dengan penambahan sejumlah air yang sama banyak.
Energi
Tidak ada perbedaan yang nyata antara ASI dan susu sapi.
Dengan teknologi dewasa ini dapat dibuat komposisi susu formula sesuai dengan kebutuhan, seperti untuk bayi berumur kurang atau lebih dari 6 bulan, prematuritas, rendah laktosa, dan sebagainya. Komposisi nutriennya dapat dibuat serupa dengan komposisi pada ASI, namum beberapa peran ASI lainnya belum mampu diganti oleh PASI, peran bakteriostatik anti alergi, atau peran psikososial.
Penyesuaian jenis dan kandungan protein dapat dilakukan dengan beberapa cara, yang dasarnya akan diuraikan berikut. Protein susu sapi yang sebagian besar terdiri atas kasein dapat diturunkan kadarnya dengan denaturasi atau menggantinya dengan laktalbumin. Kekurangan karbohidrat pada susu sapi dapat diatasi dengan penambahan jenis karbohidrat yang mudah dicerna dan tahan fermentasi, seperti laktosa, dekstrin-maltosa, glukosa, atau sukrosa. Untuk mempermudah absorpsi lemak, sebagian atau seluruh lemak susu sapi diganti oleh lemak nabati yang mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh dengan rantai sedang, sperti minyak jagung, minyak zaitun (olive oil), atau campuran dua minyak (minyak kelapa dan minyak kacang tanah seperti pada SGM). Demikian pula kadar mineral yang tinggi dala susu sapi dapat direndahkan dengan cara demineralisasi sehingga mendekati kada pada ASI; biaya proses demineralisasi ini cukup mahal.(12)
KESIMPULAN
- Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik bagi bayi yang harus diberikan pada bayi sampai bayi berusia 4 bulan tanpa makanan pendamping.
- Adanya kecenderungan semakin tinggi tingkat pendidikan semakin besar persentase ASI secara Eksklusif.
- Masih rendahnya tingkat pengetahuan ibu-ibu tentang pemberian ASI.
DAFTAR PUSTAKA
1. Djaeni Ahmad Soediaotama, (terjemahan). Faktor Gizi. Jakarta: Bhratara Karya Aksara; 1985