PENDAHULUAN
Sindroma Down atau Trisomi 21 adalah kelainan genetik yang disebabkan oleh adanya kelebihan pada semua atau sebagian kromosom no.21. Sindroma Down sering disertai dengan kelainan kognitif dan gangguan pada pertumbuhan fisik, biasanya ditemukan setelah lahir.
Anak dengan Sindroma Down akan mempunyai kemampuan kognitif yang lebih rendah dari rata-rata, kelainan retardasi mental ini biasanya dari ringan sampai sedang. Banyak gambaran fisik yang terdapat pada Sindroma Down juga tampak pada orang dengan kromosom yang normal. Gambaran fisik tersebut meliputi single palmar erase, epicantic fold, kelemahan tonus otot, dan lidah terjulur keluar. Anak dengan Sindroma Down juga mempunyai resiko yang tinggi mendapat penyakit jantung kongenital, penyakit reflux gastroesofageal, infeksi telinga yang berulang, dan disfungsi tiroid.
EPIDEMIOLOGI
Sindroma Down merupakan kelainan kromosomal autosomal yang banyak terjadi pada manusia. Diperkirakan angka kejadian yang terakhir adalah 1 - 1,2 per 1000 kelahiran hidup, dimana 20 tahun sebelumnya dilaporkan 1,6 per 1000. Penurunan ini diperkirakan berkaitan dengan menurunnya kelahiran dari wanita yang berumur. Diperkirakan 20% anak dengan Sindroma Down dilahirkan dari ibu dengan umur diatas 35 tahun.
Sindroma Down dapat terjadi pada semua ras. Dikatakan bahwa angka kejadiannya pada bangsa kulit putih lebih tinggi dari pada kulit hitam, tapi perbedaannya tidak bermakna.
Insiden Sindrom Down di negara kita tinggi, yaitu satu kasus hagi setiap 660 kelahiran. Risiko mendapat anak Sindrom Down dikaitkan dengan usia ibu ketika mengandung, terutama jika mengandung pada umur diatas 35.
Kemungkinan mendapat anak Sindrom Down ialah satu kasus bagi setiap 350 kelahiran (jika umur ibu berusia 35 - 45 tahun) dan satu kasus bagi 25 kelahiran jika usia ibu melebihi 45 tahun.
ETIOLOGI
Etiologi Sindroma Down sampai saat ini belum dapat dipastikan tapi diduga dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu :
1.Genetik
Diperkirakan terdapat predisposisi genetik terhadap non disjunctional, bukti yang mendukung teori ini adalah adanya peningkatan resiko berulang bila dalam keluarga terdapat anak-dengan Sindroma Down.
2.Radiasi
3.Infeksi
Sampai saat ini belum ada peneliti yang mampu memastikan bahwa. virus dapat mengakibatkan terjadinya non disjunction.
4.Autoimun
Terutama autoimun tiroid atau penyakit yang dikaitkan dengan tiroid.
5.Umur ibu
Apabila umur ibu diatas 35 tahun, diperkirakan terdapat perubahan hormonal yang dapat menyebabkan non disjunction pada kromosom. Perubahan endokrin, seperti meningkatnya sekresi androgen, menurunnya kadar hidroepiandrosteron, menurunnya konsentrasi estradiol sistemik, perubahan konsentrasi reseptor hormon, dan peningkatan secara tajam LH (Leutinizing Hormone) dan FSH (Folikular Stimulating Hormone) secara tiba-tiba sebelum dan selama menopouse, dapat meningkatkan terjadinya non disjunction.
6.Umur ayah
Pada penelitian sitogenetik pada orang tua dari anak dengan Sindroma Down didapatkan bahwa 20-30 % kasus extra kromosom 21 bersumber dari ayahnya. Tetapi korelasinya tidak setinggi dengan umur ibu.
GENETIK
Sindroma down terbagi dalam tiga tipe, yaitu :
- Sindrom Down tipe Komplit (atau yang biasa disebut Trisomi 21)
• Prevalensinya diperkirakan sebesar 95% dari seluruh penderita Sindrom Down.
• Jumlah kromosomnya 47, terdiri dari 3 buah kromosom no.21
• Pada tipe ini sudah terdapat kelainan genetik sebelum terjadinya konsepsi. Salah satu gamet dari orang tuanya sudah mengandung extra kromosom no.21 (ovum atau spermanya). Sehingga ketika bergabung dengan gamet yang normal dari orang tua yang lainnya, maka embrio yang akan terbentuk mempunyai 47 kromosom.
- Sindrom Down tipe Mosaik
• Prevalensinya sekitar 1-2% dari seluruh penderita sindrom down.
• Jumlah kromosomnya 46 atau 47, dengan sebagian jaringan 2 buah kromosom no.21, sebagian 3 buah kromosom no.2l .
• Pada tipe ini, sebagian sel dalam tubuh normal dan sebagian lagi terdapat icelebihan kromosom no.21. Non disjunctional yang terjadi pada tipe mosaik ini kemungkinan besar terjadi pada pembelahan sel waktu mitosis pertama kali. Maka Sindrom Down jenis mosaik ini, yang terjadi setelah pembuahan, tidak disebabkan oleh faktor herediter. Sehingga tidak semua gejala Sindroma Down akan tampak, tergantung dari banyak sel yang normal pada tubuh. Meskipun tampak normal, besar kemungkinan penderita jenis ini akan menurunkan anak-anak yang mutlak Trisomi 21. hal ini dapat terjadi apabila kontribusi sel Trisomi 21 di dalam sel gamet sangat besar.
- Sindrom Down tipe Translokasi
• Prevalensinya sekitar 2-3% dari seluruh penderita sindrom down
• Jumlah kromosomnya 46, sebagian lengan kromosom no.2l pindah ke kromosom no. 13, 14, 15. Paling sering pada kromosom no.14 atau pada no.21 sendiri.
• Dapat herediter
Gejala Klinis
Anak dengan sindrom ini sangat mirip satu dengan yang lainnya, seakan-akan kakak-beradik. Retardasi mental sangat menonjol di samping juga terdapat retardasi jasmani. Kemampuan berfikir dapat digolongkan pada idiot. Mereka berbicara dengan kalimat-kalimat yang sederhana, biasanya sangat tertarik pada musik dan kelihatan sangat gembira. Wajah anak sangat khas. Kepala agak kecil dan brakisefalik dengan daerah oksipital yang mendatar. Mukanya lebar, tulang pipi tinggi, hidung pesek, mata letaknya berjauhan serta sipit miring ke atas dan samping (seperti mongol). Iris mata menunjukkan bercak-bercak (Bronsfield spots). Lipatan epikantus jelas sekali. Telinga agak aneh, bibir tebal dan lidah besar, kasar dan bereelah-celah (scrotal tongue). Pertumbuhan gigi-geligi sangat terganggu.
Kulit halus dan longgar, tetapi warnanya normal. Di leher terdapat lipatan-lipatan yang berlebihan.
Pada jari tangan tampak kelingking yang pendek dan membengkok ke dalam. Jarak antara jari I dan II, baik pada tangan maupun kaki agak besar. Gambaran telapak tangan tampak tidak normal, yaitu terdapat satu garis besar melintang (simian crease).
Alat kelamin biasanya kecil. Otot hipotonik dan pergerakan sendi-sendi berlebihan. Kelainan jantung bawaan seperti defek septum ventrikel sering ditemukan.
Penyakit infeksi terutama saluran pernafasan sering mengenai anak dengan kelainan ini. Angka kejadian leukemia tinggi. Pertumbuhan pada masa bayi kadang-kadang baik, tetapi kemudian menjadi lambat.
Prenatal screening untuk mendiagnosis Sindroma Down
l .Screening Test
· Untuk memperkirakan resiko fetus menderita Down Syndrome.
· Bersifat non-invasif.
· Contohnya USG.
2. Diagnostic Test
· Untuk mendiagnosis apakah fetus menderita Down Syndrome
· Bersifat invasif.
· Contohnya amniocentesis
Pemeriksaan yang diperlukan untuk menentukan kelainan pada bayi yang dikandung
1. Amniocentesis:
Teknik pengambilan cairan amnion pada wanita hamil dengan cara pungsi uterus
secara transabdominal perkutaneus untuk mendapatkan cairan amnion tersebut dan sel-sel yang terlepas dari embrio.
Indikasi :
- hamil pada usia >35 tahun
- ada anggota keluarga yang menderita Down Syndrome
- ada kelainan genetic saat dilakukan screening test (USG)
2. Analisa Kromosom
Pemeriksaan ini dilakukan dengan 2 cara :
a. Langsung :
Sel-sel yang diperiksa adalah sel-sel dengan mitosis aktif, yaitu sel-sel dari jaringan sumsum tulang yang diambil dengan cara BMP (Bone Marrow Puncture). Sumsum tulang berasal dari crista iliaca pada anak-anak, tuberositas tibiae dan sternum pada dewasa. Krolnosom terlihat jelas pada tingkat metafase sehingga digunakan colchicine yang dapat menghambat mitosis pada tingkat metafase dengan mencegah pembentukan benang spindel. Pada tingkat metafase masih terdapat dinding sel sehingga harus dipecah terlebih dahulu dengan larutan hipotonis yaitu aquabidest atau Na sitrat dan difiksasi dengan larutan Carnoy yang terdiri dari campuran metanol dan asam asetat glasial. Kemudian diwarnai denga Giemsa-Wright. Preparat dilihat dibawah mikroskop. Dipotret gambaran kromosom yaitu susunan kromosom. Kemudian disusun berdasarkan klasifikasi Denver.
b. Tidak langsung :
Sel-sel yang akan diperilaa harus dibiak terlebih dalrulu. Sel yang dipakai yaitu lekosit. Darah diambil dari vena mediana cubiti dengan semprit yang telah diberi heparin untuk mencegah pembekuan darah. Darah ditaruh dalam tabung, selanjutnya disentrifuge sehingga darah tersebut terbagi atas beberapa lapisan. Lapisan yang diambil adalah lapisan buffy coat. Dalam lapisan tersebut terdapat lekosit yang kemudian dibiak dalam medium Difco 199. Sel-sel dibiak selama 72 jam, selanjutnya ditambah colchicine, kemudian dipecah dengan larutan hipotonis yaitu aquabidest atau Na sitrat. Kemudian difiksasi dengan larutan Carnoy dan diwarnai dengan Giemsa-Wright. Kromosom yang sudah tersebar dipotret, selanjutnya dibuat kariotipe menurut klasifikasi Denver.
3. Banding Technique
Tekhik pembuatan pita (band) pada lengan kromosom dengan zat yang menimbulkan fluoresensi, antara lain quinacrine mustard. Tiap nomer kromosom mempunyai pita yang khas. Dengan tekhnik banding dapat melacak terjadinya aberasi struktur kromosom, seperti translokasi, inversi, delesi, dan lain-lain.
Penatalaksanaan
A.Penanganan secara medis
1. Pendengarannya.
70-80% anak dengan sindrom Down dilaporkan terdapat gangguan pendengaran. Oleh karenanya diperlukan pemeriksaan telinga sejak awal kehidupannya, serta dilakukan tes pendengarannya secara berkala oleh ahli THT.
2. Penyakit jantung bawaan.
30-40% anak dengan sindrom Down disertai dengan penyakit jantung bawaan. Mereka memerlukan penanganan jangka panjang oleh seorang ahli jantung anak.
3. Penglihatannya.
Anak dengan kelainan ini sering mengalami gangguan penglihatan atau katarak. Sehingga perlu evaluasi secara rutin oleh ahli mata.
4. Nutrisi.
Beberapa kasus, terutama yang disertai kelainan kongenital yang berat lainnya, akan terjadi gangguan pertumbuhan pada masa bayi/prasekolah. Sebaliknya ada juga kasus justru terjadi obesitas pada masa remaja atau setelah dewasa. Sehingga diperlukan kerja sama dengan ahli gizi.
5.Kelainan tulang.
Kelainan tulang juga dapat terjadi pada sindrom Down, yang mencakup dislokasi patela, subluksasio pangkal paha atau ketidakstabilan atlantoaksial. Bila keadaan yang terakhir ini sampai menimbulkan depresi medula spinalis, atau apabila anak memegang kepalanya dalam posisi seperti tortikolis, maka diperlukan pemeriksaan radiologis untuk memeriksa spina servikalis dan diperlukan konsultasi neurologis.
B.Pendidikan
1. Intervensi dini
2. Taman bermain/ taman kanak-kanak
3. Pendidikan khusus ( SLB-C )
C. Penyuluhan kepada orang tuanya
Pencegahan
Genetic counseling :
1. Jangan mengandung ≥ 35 tahun → untuk menghindari terjadinya trisomi 21 tipe komplit dan trisomi 21 tipe mosaik.
2. Jangan punya anak lagi → untuk menghindari terjadinya trisomi 21 tipe translokasi.
3. Abortus medicinalis → ditujukan untuk bayi dengan trisomi 21 dalam kandungan.
Amniocentesis:
àTeknik pengambilan cairan amnion pada wanita hamil dengan cara pungsi uterus
secara transabdominal perkutaneus untuk mendapatkan cairan amnion tersebut dan sel-sel yang terlepas dari embrio.
Indikasi :
- hamil pada usia >35 tahun
- ada anggota keluarga yang menderita Down Syndrome
- ada kelainan genetic saat dilakukan screening test (USG)
DAFTAR PUSTAKA
1.Nelson. Waldo E. Ilmu Kesehatan Anak.Jilid l ed.l5. Jakarta : EGC ; 1996.
2.Setiawan Herman. Diktat Modul Pengantar Biomedik. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti ; 2005.
3. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC ; 1995.
4. Markum, A.H.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid I. Jakarta : FKUI ; 1991.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar